Dua Tahun Berselang, Pedagang Dan Pengunjung Pasar Sore Bombana Masih Sesalkan Keputusan Pemerintah Ditangan PJ Burhanudin Menutup Pasar Sore
BOMBANA,FOKUSTENGGARA.COM-Setelah Dua tahun ditutup nampaknya sejumlah pedagang dan pengguna pasar sore di Kecamatan Rumbia dan Rumbia Tengah masih menyayangkan langkah penjabat Bupati Bombana pada 2022 lalu yang dinilai tergesa-gesa menutup pasar sore dibilangan Ibu Kota Bombana dengan alasan mengganggu Ketertiban dan Keindahan Kota.
Berbanding terbalik dengan langkah Pemkab Bombana yang saat itu dipimpin PJ, Burhanudin, keberadaan pasar sore Bombana saat itu dinilai pedagang berdampak baik bagi kestabilan dan kehidupan mereka. Mereka menilai keputusan pemerintah kala itu adalah keputusan yang keliru, tidak mempertimbangkan nasib dan keberadaan pedagang.
Seperti halnya diungkapkan salah seorang pedagang yang mengaku berjualan di pasar induk Tadoha Mapaccing. Ia menilai keberadaan pasar sore sangat membantu kelanjutan usahanya. Ia menuturkan dagangannya yang tidak terjual habis dipasar Tadoha Mapaccing dapat kembali dijajalkan di Pasar Sore Bombana pada sore harinya.
“Alhamdulillah hasilnya baik meskipun waktunya (Pasar sore) singkat,” ungkapnya.

Sebagai pedagang, Ibu Rumah Tangga ini mengaku tidak memiliki permintaan yang banyak terhadap pemerintah Bombana. Katanya untuk menopang kehidupan keluarganya pedangan ini hanya meminta satu hal, yakni sedapat mungkin pasar sore kembali diaktifkan.
“Kalau jualan yang tak laku dan tidak bertahan lama akan menjadi rusak dan terpaksa harus dibuang kalau ada pasar sore jualan itu kita bawa untuk dijual lagi,” ucapnya bercerita.
Sejak pasar Sore ditutup ia mengaku kerap mendapat kesulitan dalam usahanya. Belum lagi angsuran ke Bank yang terus menghantui, sebab modal awal berdagan yang saat ini dilakoninya adalah hasil pinjaman di Bank.
“Makanya kami maunya ada pasar sore. Penjual tempe, saya pribadi maunya pak ada pasar sore tidak ada yang lain,” tukasnya.
Sementara itu, Masnaeni mengaku keberadaan Pasar Sore Bombana sangat baik, utamanya bagi masyarakat diwilayah padat penduduk. Bagaimana tidak, menurut Masnaeni, bayangkan saja setelah pasar sore ditutup hanya untuk membeli sayur seharga 10 ribu saja masyarakat harus merogoh kocek sebesar 30 ribu.
“Sewa ojek saja dari sini ke kesana (pasar induk) jauh itu sepuluh ribu, kalau bolak balik pak, belum lagi untuk beli sayurnya itu sudah berapa memang,” imbuhnya saat ditemui tim Fokustenggara.com, Jum’at, (15/11/2024).
Menurut Masnaeni keluhan seperti itu sudah kerap didengarnya melalui para pengunjung lapaknya yang hanya mampir sekedar berbelanja sayuran. Ia menyakini pendapatnya ini juga dirasakan oleh sebagian besar orang lainnya.
Sementara itu seorang pedagang yang lapaknya berdampingan dengan Masnaeni mengaku memilih tak berjualan di Pasar induk Bombana karena sulitnya memobilisasi dagangannya ke Pasar. Apalagi mereka yang hanya berjualan jenis sayuran ini tak memiliki lapak dipasar induk. Belum lagi kalau dikenakan biaya masuk berjualan.
“Kita ini pak jualan hanya untuk makan saya dan biaya hari-hari, jangan lagi kita dipersulit,” ucapnya.
Sementara itu salahseorang pengunjung mengaku nyaman berbelanja di pasar sore karena letaknya yang tidak terlalu jauh. Apalagi khususnya bagi mereka yang bekerja hingga sore hari. Ke pasar sore dinilai dapat meminimalisir pengeluaran pengunjung.
Selain karena tempatnya yang terbilang lebih tertib dan bersih kelebihan pasar sore karena lokasinya yang terpusat disatu titik dan dibuka pada sore hari hingga menjelang Maghrib. Sehingga sebagai pengunjung dirinya merasa tidak lagi kesulitan apabila hendak mencari sejumlah kebutuhan dapur sepulangnya dari bekerja.
“Kalau tidak ada pasar sore. Beli ikan kita disini, beli buah disana dan sayur lain lagi, jadi taputar-putarki Pak. Mau ke pasar sana jauh apalagi kalau sudah sore itu tutup. Kalau bagi saya pak bagus sebenarnya kalau ada pasar sore pak,” tutur wanita yang mengaku rumahnya tak terlalu jauh dari lokasi pasar sore ini.
Sebaliknya justru setelah pasar sore ditutup membuat sebagian besar pedagang kembali berhamburan berjualan dipinggiran bahu jalan.
“Sebenarnya ini yang lebih tidak tertib dan tidak indah dilihat karena berada di poros-poros jalan berhamburan,” tambahnya. (Rf)